BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permulaan dari kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang salib yaitu perang yang terjadi pada orang Kristen
Eropa Barat untuk menguasai tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi. Salah satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang salib karena umat Kristen yang ikut dalam peperangan salib ini menggunakan tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimenangkan oleh umat Kristen. Ini dikarenakan umat Islam pada saat itu tidak bersatu menjadikan perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam saling bermusuhan.
Padaabad ke-16 dan ke-17 adalah abad yang paling penting untuk Eropa. Pada abad ke-17 itu pula
Negara-negara Islam mulai mengalami kemunduran. Masa penetrasi kolonial Barat dimulai pada abad ke-19 (1800). Pada abad tersebut Eropa sedang mendominasi dunia. Pada abad ini didorong oleh kebutuhan ekonomi industri dan pemasarannya dan Negara-negara Eropa mendirrikan kerajaan territorial
dunia. Beberapa Negara Eropa yang telah menjajah di tanah timur seperti Rusia menduduki Asia Dalam,
Belanda menguasai Indonesia, Inggris mendirikan kerajaan di India dan Afrika dan mengontrol sebagian Timur Tengah, Negeia, sebagian afrika Barat dan Afrika Timur.
Pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa bangsa
Eropa hamper menguasai suluruh dunia Islam. Pada abad ini Eropa telah siap
untuk mengadakan ekspansi perdagangan dengan didukung oleh pertmbuhan produksi
prabik dalam skala dan perubahan besar ditandai dengan ditemukannya keretaapi,
telegraph dan kapal uap. Dengan diiringi dengan pasukan bersenjata yang kuat,
Eropa telah menguasai Aljazair. Aljazair adalah Negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Eropa yang
ditaklukkan oleh Perancis pada tahun (1830 – 1847 M). Negara Islam padasaat itu
mengalami keterpurukan yang sangat besar dan mereka mengalami keaadaan yang
tidak stabil dalam pertumbuhan ekonomi dan budaya.[1]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat merumuskan masalah
sebagai beikut:
1. Pengertian Kolonialisme?
2. Bagaimana Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat Terhadap Islam?
3. Apa Dampak Kolonialisme Barat Terhadap islam?
4. Bagaimana Implikasi Penjajahan Barat Terhadap
Perkembangan Peradaban Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme menurut Oxford
English Dictionary berasal dari kata Romawi “Colonia” yang berarti
“tanah pertanian” atau “pemukiman”, dan mengacu kepada orang Romawi yang
bermukim di negeri-negeri lain tapi masih memepertahankan kewarganegaraan
meraka[2] yang
berarti suatu usaha untuk untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar
wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai
dominasi ekonomi atas sumber daya alam, manusia, dan perdagangan di suatu
wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan
mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.[3]
B. Bentuk – Bentuk
Kolonialisme Barat
Bentuk bentuk
penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di Indonesia di latar belakangi
oleh terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis,
Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang mempunyai teknologi militer dan
industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan negara Islam, sehingga
mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah yang
berada di bawah kekuasaan Islam.
Dari awal penjajahan
Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang
semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang
sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi
penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat untuk merebut
wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap tempat yang
terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi pilar-pilar sistem pemerintahan
otoriter. Setiap tempat yang dihuni Islam, akan menjadi tanda perlawanan
terhadap segala bentuk kezaliman dan kekejaman penjajahan dan eksploitasi,
penghinaan dan peremehan terhadap manusia, serta perlawanan terhadap poros yang
dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia kontemporer .
Invasi Eropa terhadap
dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif.
Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan
oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu
mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad
ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu
antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial
Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah
pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis
merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India
di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil
ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain
Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya.
Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral
aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur
jauh.[4]
Pada tahun 1799 M.,
Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di
negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan
Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis,
jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir
terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut
dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh
rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu
Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun
pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang
menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah
ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya
membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan
negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang
perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi
persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas
negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang
barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka
waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.[5]
C. Dampak Kolonialisme
Barat Terhadap Islam
1. Dampak Kolonialisme
Barat Dalam Bidang Budaya
Dampak kolonialisme
sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam, misalnya adalah negara Turki,
Turki adalah negara pertama yang dijajah oleh Eropa karena dilihat dari letak
geografisnya sangatlah dekat dengan benua eropa. Dan Turki adalah salah satu
negara yang telah terpengaruh oleh kolonialisme barat, baik dalam bidang
ekonomi, politik, budaya, sosial, maupun agama.
Bukan hanya turki yang
telah dijjajah oleh Bangsa Barat,akan tetapi negara Islam yang lainnya pun
merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki Inggris, 1881-1883
Tunisia diserbu Perancis, 1898 Sudan ditaklukkan Inggris, 1912 Marokko diserbu
Perancis dan Spanyol. Dan masih banyak negara-neagra yang dijajah oleh Barat.[6]
Kolonialisme barat yang
membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory
(Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada
masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah
banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak
yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat muslim, contohnya
3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).[7]
Masyarakat jaman
sekarang telah tergiur oleh produk-produk luar negeri yang mungkin memang
kuallitas mereka lebih tinggi di bandingkan produk dalam negeri, sadar atau
tidak, maraknya produk-produk luar negeri telah menjajah perpasaran
negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara yang mayoritas muslim telah
lama dicekoki oleh produk-produk luar yang memakai sistem monopoli dalam proses
perdagangannya. Para kolonialsme ternyata tidak pernah puas akan kejayaan
mereka, keserakahan untuk mendapatkan sesuatu yang merekan inginkan.Gaya
berbusana juga sudah tak sepantasnya masyarakat muslim memakai budaya berbusana
barat (Para kolonialisme), ala westernisasi sudah tercampur aduk dengan gaya
busana orang-orang muslim yang sebenarnya.[8]
2. Dampak Kolonialisme
Barat Dalam Bidang Sosial
Ketika sampai di
negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana untuk
memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua
jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar
kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat
Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang mereka pandang
bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan jalan termudah
untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan hawa nafsu di
tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk mempraktikkan semua
bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang para penjajah tempuh
secara efektif.
Kemajuan peradaban dan
temuan-temuan ilmiah baru, seperti radiao, bioskop dan lain-lain telah menjadi
pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral umat Islam, banyaknya remaja
islam yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para penjajah.
Yang kedua, tercermin
pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran, bersamaan dengan dampak pengaruh
pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian
karena memang ilmu pengetahuan pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu
pengetahuan barubah menjadi sarana pemisahan orang banyak dari keyakinan
akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman obor bagi keimanan agama dalam
hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai keakar-akarnya.[9]
3. Dampak Kolonialisme Barat
Dalam Bidang Ekonomi
Para Kolonialisme barat
menggunakan segala cara untuk menghancurkan Islam, begitu pula dalam bidang
ekonomi, misalnya negara India.India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah
negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang
mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan
Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat
izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris,
British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India
bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba
mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak
berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota
kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang
kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan
raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah
kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879,
Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim
Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri
tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah
terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa.
Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan
Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka
yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis
merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai,
ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara
Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar.
Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan
rempah-rempah.[10]
Akibat kolonialisme
Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu sistem perdagangan
Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem perdagangan yang
telah ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam perdagangan.Dengan adanya
monopoli perdagangan tersebut membuat kehancuran perekonomian yang sebelumnya
sudah ada. Seperti dengan masuknya barang-barang import kenegara jajahannya
yang membuat produk-produk local mengalami kerugian. Ini dikarenakan
barang-barang import yang masuk kualitasnya lebih baik dan harganya lebih
murah. Disamping itu barang-barang yang diproduksi Negara-negara barat bisa
diproduksi dengan jumlah banyak karena majunya perindustrian di eropa yang
menggunakan mesin dalam memproduksinya.Kebanyakan negara Islam sekarang ini
hidup dalam keterbelakangan dan kebingungan, meskipun telah berlalu puluhan
tahun lamanya. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan Barat mampu
memanfaatkan berbagai kekayaan negara-negara Islam dan memenuhi kantong-kantong
mereka dengan harta milik negara-negara Islam tersebut. Negara-negara Islam masih
sangat bergantung pada hasil produksi dan ilmu pengetahuan (Sains) Barat.
Demikian pula, mereka masih lemah di dunia politik dan mengekor sistem politik
Barat.
4. Dampak Kolonialisme
Barat dalam Bidang Politik
Politik sebagaimana
yang telah kita ketahui adalah cara untuk mandapatkan sesuatu. Berpijak pada
yang kita ketahui ini, bangsa barat yang ingin menguasai dunia islam tak luput
pula dari beragam cara yang mereka gunakan untuk menduduki dan mengeruk habis
kekayaan islam baik dari segi SDAnya maupun dari SDMnya.Kololnialisme
mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu terdapat
kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti
minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk
masa depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan
orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam) dan meniadakan peran
penting ulama dalam kenyataan hidup.
Pada kenyataannya
mereka tidak dapat menghilangkan peran ulama secara total dalam masyarakat,
tetapi mereka menggunakan cara lain yakni ulama-ulama berada di bawah kekuasaan
pemerintah dan ulama hanya memainkan peran formal saja seperti penguburan mayat
dan sebagainya yang bersifat formal saja, serta kehidupan pada ulama dijauhkan
atau dikucilkan dari keramaian masyarakat. Dengan cara inilah mereka dapat
menduduki sebagain negara-negara islam yang ada pada saat ini.Dengan kedua cara
ini mereka dapat melumpuhkan islam sampai pada ambang keputusasaan, tidak hanya
sampai disini, kolonialisme menawarkan solusi pada islam yang pada hakikatnya
merupakan tujuan mereka untuk melumpuhkan islam, berupa ilmu pengetahuan yang
kalau dicermati tidak lain untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya.[11]
Politik mereka ini
mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang dapat dikelompokkan
dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem intelektualSistem sosial,
tujuan dari perwujudan dalam hal ini adalah meniadakan kenyataan akan
kemanusiaan sebagai suatu esensi utama dan supra-material yang secara tragis
dilupakan. Seperti kapitalisme dan komunisme – meski beda dalam bentuk lahirnya
– menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal), yang hanya
bertumpu pada pemenuhan kebutuhan material saja.Francis Bacon “ilmu meninggalkan
pencarian kebenaran dan beralih untuk mencari kekuatan”. Nampak dari apa yang
dikatakan Bacon, bahwa agama dan spiritul secara perlahan ditinggalkan dan
secara sadar maupun tidak, manusia mengalami pengucilan pada arti esensinya.
Tak bedanya sepeti binatang, hanya bertumpu pada materi dan pemuasan hawa
nafsu. Inilah politik kolonialisme untuk menghancurkan islam.
Sistem
intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada pengetahuan,
begitupun bangasa barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan, kolonialisme
memunculakan ideoliogi-ideologi kontemporer yang menutupi akan tujuan mereka
untuk meniadakan konsep manusia sebagai mahluk utama. Seperti historisisme,
biologisme dan sosiologisme.Historisisme menganggap manusia sebagai
satu-satunya material determinatif yang mengarah pada determinatid
materialisme, yang peranan manusia didalamnya hanya sebagai elemen yang pasif.
Biologisme, yang mengutamakan hukum alam, menganggap manusia seperti binatang
serta menifestasi spiritual kemanusiaan dan kuslitasnya hasnya sebagai
penimbulan dari keadaan fisik manusia, seperti insting binatang. Sosiologisme,
menganggap menusia sebagai tumbuhan yang tumbuh dalam taman lingkungan
sosialnya. Paham ini beranggapan bahwasanya menusia itu bisa mengalami panen
hanya apabila taman itu diubah.Terlihat dari paham-paham kontemporer itu,
semuanya bertumpu pada peniadaan konsep mausia dan mengarah hanya pada materi
saja.[12]
5. Dampak Kolonialisme
Barat Dalam Bidang Agama
Sejak tahun-tahun
pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah
bersungguh-sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari
kehidupan bangsa. Mereka berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama
dengan cara menghilangkan identitas mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka
seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika memungkinkan.
Negara kolonial sebuk
menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya sehingga peran para
ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan,
tak punya otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para
ulama itu tersingkir ketempat-tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan
pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak berhubungan dengan kenyataan hidup, seperti
mengurusi orang mati dan pekerjaan-pekerjaan lainya yang bersifat formal.
Bahkan para penguasa
disebagian negeri Islam telah berhasil meminggirkan para ulama setelah bersusah
payah selama bertahun-tahun. Bahkan para ulama itu tak lagi dapat menjalankan
peran rutinya, mengajar. Tentunya, di sebagian negeri yang kita ketahui dengan
baik, mereka (para kolonial) tak mampu mencabut kedudukan ulama atau
menghilangkan secara total pusat-pusat keilmuan para ulama itu. Bahkan mereka
tak mampu melemahkan para ulama sampai batas menjadikan adanya ulama itu sama
dengan tak adanya.Namun, mereka (kolonial) menggunakan cara lain, yaitu
menjadikan para ulama dan pusat-pusat keilmuan berada bahwa kekuasaan penguasa,
kearajaan, dan pemerintahan yang batil.Saat berupaya mealapangkan rencananya
menguasai politik, ekonomi, sosial, dan kebuudayaan, negara-negara Kolonial
justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk dari keyakinan agama.
Tentunya, tidak semua agama di setiap tempat berdiri
menentang intrik penjajahan; misalnya, Agama yang menyimpang dan agama buatan
tangan kekuasaan. Sudah tentu, agama semacam ini tidak akann menentang
kolonialsme.
Sebaliknya, Islam
sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan benar menentang
penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah Islam. Para penjajah
tealh memahami itu lewat berbagai penelitian. Meraka mencobanya di India, di
negara-negara Arab, dan di Iran. Di setiap tempat, perasaan reliigius bangkit
di tengah-tengah umat manusia. Hasilnya, negara-negara kolonial mendapatkan
penghalang yang berarti tegak dihadapan mereka, serta genccar menentang rencana
jahat mereka, Diantaranya adalah “Revolusi tembako” di Iran, geraakan
konstitusi, tragedi berdarah di India dalam menghadapi penjajahan Inggris, dan
perlawanan orang-orang Islam Afganistan terhadap penjajahan Inggris di
pertengahan Abad ke-19. Juga kebangkitan Sayyid Jaaluddin al-Asad Abadi di
mesir yang mengguncang Inggris.
D. Implikasi Penjajahan Barat Terhadap Perkembangan Peradaban Islam
Serbuan kaum salib ke negeri-negeri Islam tidak hanya menggunakan
pedang, besi dan api, tetapi juga melalui peradaban mereka yang dicekokkan ke
semua negeri yang dapat dikuasainya. Bukan hanya peradaban material yang
menyerbu negara-negara Islam, bahkan mental dan nilai-nilai moralpun tidak
ketinggalan, seperti sistem pendidikan dan pengajaran, dan pemikiran-pemikiran
orang Eropa mengenai ilmu jiwa, ilmu sosial, modal dan lain-lain. Perang Salib
menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum muslimin akibat kemauan penjajah
yang dikendalikan oleh keserakahan untuk menguasai dan memperkuat wilayahnya
mereka memikul salib di pundak mereka, tetapi setan berada di hati mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan peradaban
Persia, Turki dan lain-lain disamping pemikiran filsafat yang diserap dari
Yunani dan Romawi. Dengan datangnya peradaban Barat, maka peradaban lama yang
telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami keguncangan hebat dalam
pikiran mereka. Inti peradaban Barat bercorak Nasrani, karena itu orang-orang
Qibth di Mesir lebih mudah meniru dan menyerapnya. Namun mereka lebih banyak
menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga setiap rumah dari
keluarga kaum muslimin telah menggunakan penerangan listrik, menggunakan sajadah
buatan Eropa, mendengarkan siara radio Eropa dan lain sebagainya. Pada saat
barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban, persentuhan dengan
Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu mereka
berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of power. Yang pertama merasakan hal itu
diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi
kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak
belajar dari Eropa.Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam
Islam, yang didorong oleh 2 faktor yaitu :
1.
Pemurnian
ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran
Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
2.
Tercermin dari
pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke
negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan
gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam.
Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak menuntut ilmu ke Inggris.
Pengaruh Barat terutama terlihat pada lapisan atas dan menengah, terutama pada
intelegensia orang yang memperoleh pendidikan Barat, yang dijumpai pada tiap
negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat mereka mempunyai
pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada sendi-sendi
filsafat hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan ide-ide
Barat dan memikirkan sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat. Kedua,
memutuskan hubungan dengan warisan lama, menerjunkan dirinya dalam pembaratan.
Yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan kengerian Barat. Memang
benar bahwa pera.[13]
Tanpa peradaban Barat dunia Islam tentu masih seperti keadaan semula,
tetapi itu tidak berarti bahwa peradaban Barat tidak mengandung cacat dan
kekurangan. Peradaban Barat telah menjauhkan dunia Islam dari peradaban Islam
yang lama. Akhirnya peradaban Islam bukan lagi suatu produk dari kaum muslimin
mandiri sebagaimana peradaban Barat adalah produk dari orang-orang Barat
sendiri.
Kebangkitan Negara – Negara Islam Periode Modern Ekspansi yang telah
dilakukan oleh negara – negara Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka
sangat tertinggal jauh dari negara – negara Eropa akibat keterbelakangan dalam
berbagai aspek kehidupan. Negara – negara Eropa bisa menjajah karena
keberhasilan mereka menerapkan sratetegi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
mereka miliki. Pada satu sisi kekuatan militer dan politik negara – negara
Islam menurun. Perekonomian yang merosot yang merupakan akibat dari monopoli
perdagangan antara timur dan barat tidak lagi mereka kendalikan. Di sisi lain
negara – negara Eropa pada waktu yang sama menggunakan metode berpikir
rasional, dan disana tumbuh kelompok intelektual yang membebaskan diri mereka
dari ikatan – ikatan gereja.
Sementara dalam bidang ekonomi dan perdagangan mereka mengalami
perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya Tanjung Harapan dan Benua
Amerika. Usaha yang dilakukan negara – negara Islam melalui gerakan
pembaharuan, didorong oleh beberapa faktor yang saling mendukung, yaitu
pemurnian ajaran – ajaran Islam dari unsur – unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam dan belajar gagasan – gagasan pembaharuan dan ilmu
pengetahuan dari negara – negara Eropa. Salah seorang tokoh pemikir gerakan
kemerdekaan yang bernama Sayyed Jamaluddin Al Afghani yang berasal dari
Afganistan, ia memperkenalkan hasil pemikirannya itu yang bernama Pan-Islamisme,yang
sebelumnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiah dan Sanisiyah, artinya
solidaritas antara seluruh muslim di dunia internasional. Ajaran inilah
kemudian banyak digunakan oleh para pemikir pembaharuan di dunia Islam Tetapi
gagasan Pan-Islamisme lama kelamaan meredup setelah terjadinya Perang Dunia I,
yang mana pada waktu itu Turki bersekutu dengan Jerman dan mengalami kekalahan.
Maka setelah itu muncullah gagasan baru yang bernama gagasan nasionalisme.
Gagasan ini pada permulaannya banyak mendapat tentangan dari berbagai
pihak dari pemuka – pemuka islam karena tidak sejalan dengan semangat ukhuwah
islamiyah, tetapi setelah itu berkembanglah gagasan nasionalisme itu.
Diberbagai negara mislanya, gagasan nasionalisme di Mesir telah tumbuh sejak
masa Al Tahtawi (1801 – 1873) dan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi tokoh yang
terkenal dalam pergerakan memperjuangklan gagasan ini di Mesir ialah Ahmad
Urabi Pasha. Sedangkan di Arab sendiri gagasan nasionalisme Arab segera
menyebar dan disambut hangat sehingga nasionalisme terbentuk atas dasar
kesamaan bahasa. Di India Pan-Islamisme juga tumbuh melalui pelopornya Sed Amir
Ali (1848-1928). Namun gagasan ini segera tergantikan oleh gagasan
nasionalisme. Akan tetapi gagasan nasionalisme juga segera pudar, Ini
dikarenakan kaum muslimin yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang
mayoritas. Maka umat islam di negara India tidak menganut nasionalisme,
melainkan islamisme, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komunalisme.
Dan di Indonesia partai politik besar yang menentang penjajahan di
Indonesia adalah Sarekat Islam didirikan tahun 1912 oleh HOS Tjokroamionoto.
Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang
didirikan oleh H.Samanhuditahun 1911. Tidak lama kemudian partai – partai
politik lainnyapun mulai bermunculan, seperti PNI, PNI Baru, Permi. Munculnya
gagasan – gagasan untuk pembaharuan Islam yang kemudian diikuti dengan
berdirinya beberapa partai politik merupakan modal pertama yang dimiliki oleh
umat Islam untuk mewujudkan negara yang bebas dari pengaruh negara – negara
Eropa. Perjuangan nyata partai politik tersebut mereka wujudkan dalam beberapa
bentuk kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun
bersenjata, dan pendidikan dan propaganda untuk mempersiapkan masyarakat
menyambut dan mengisi kemerdekaan itu sendiri.
Dan pada pertengahan abad ke-20 terjadi Perang Dunia ke-2, yan
melibatkan negara kolonialis. Hampir semua daratan di Eropa dilanda peperangan.
Konsekuensinya adalah terpusatnya konsentrasi kekuatan militer di setiap
negara. Akibatnya negara – negara Eropa menarik pasukannya yang berada di
daerah jajahan mereka masing – masing. Dalam kondisi seperti ini negara – negra
Islam yang tidak terlibat memanfaatkannya untuk memperoleh kemerdekaan
negerinya masing – masing Dan negara mayoritas berpenduduk muslim pertama kali
memproklamasikan kemerdekaan adalah Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang, setelah Jepang ditaklukkan oleh
Tentara Sekutu dengan ditandai dibomnya kota Hiroshima dan Nagasakai. Namun
setelah itu masyarakat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan dari Belanda
dan Tentara Sekutu yang berhasil menguasai Indonesia Negara Islam kedua yang
merdeka dari penjajahan bangsa Barat adalah Pakistan, tanggal 15 Agustus 1947.
yaitu ketika negara Inggris menerahkan kedaulatannya di India dan Pakistan
kepada dua Dewan Konstitusi. Yang pada waktu itu presiden pertamanya adalah Ali
Jinnah.
Di bagian Timur Tengah, negara Mesir yang telah memperoleh kemerdekaan
tahun 1922 dari negara Inggris, tetapi dalam sistem pemerintahan Raja Faruk,
masih besar pengaruh Inggris. Barulah pada tanggal 23 Juli 1952 masa
pemerintahan Jamal Abd al Nasser merobohkan sistem pemerintahan Raja Faruk Di
negara lain Irak yang hampir sama keadaannya dengan negara Mesir yaitu
memperoleh kemerdekaan tahun 1932, tetapi rakyat Iraq baru meraskan kemerdekaan
yang sesungguhnya pada tahun 1958. Sebelum negara Iraq, negara lain yang
mengumandangkan kemerdekaan adalah Syria, Jordania, dan Libanon pada tahun
1946. Di Afrika, negara – negara banyak yang telah membebaskan diri dari
penjajahan bangsa barat yaitu Perancis. Diantaranya Lybia tahun 1951, Sudan dan
Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Dan hampir bersamaan negara Yaman
Utara, Yaman Selatan, Emirat Aab memperoleh kemerdekaan. Di Asia Tenggara,
negara – negara mayoritas Islam juga mendapat kemerdekaan mereka. Malaysia yang
pada waktu itu Singapura juga masih masuk mendapat kemerdekaan dari Inggris
tahun 1957, disusul Brunei Darussalam tahun 1984. Satu per satu negara – negara
Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajahan negara – negara Eropa. Bahkan ada
negara yang minoritas penduduk Islam ingin memperoleh otonomi sendiri dengan
kata lain iningi mendirikan negara yang merdeka. Seperti Uzbekistan, Turkmenia,
Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbaijan yang belum lama ini
memperoleh kemerdekaan mereka. Tetapi negara seperti India, yang minoritas
penduduknya di Khasmir dan Filipina yang berada di Moro belum memperoleh
kemerdekaan. Meskipun hidup mereka terasa tertekan karena status minoritas yang
sering menyulitkan mereka dalam memperoleh kesejahteraan hidup.[14]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib
berlatar belakang hal-hal berikut :
1.
Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara
Islam.
2.
Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara
jajahannya.
3.
Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor
ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan,
penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara
Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap
perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi
baru, maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan
dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh
asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.
DATFAR PUSTAKA
Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek
Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
Gani, Salahuddin. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam. www.salahuddingani.blogspot.com 2011.
Hadi, Syamsul. 2010. Penjajahan Barat atas Dunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan
Negara-negara Islam.
Khamenei Ali, Perang
Kebudayaan, Jakarta : Cahaya, 2005
Looba Ania, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang
Budaya,2003
Munawwir
Ima m, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke
Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu
Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI
Muthahhari, Murtadha, Islam dan tantangan zaman, Jakarta : Sadra
Press, 2011
Sitompul Agussalim, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif
(Makalah), Yogyakarta, 2006.
Syariati Ali, kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya,
bandung , mizan press, tth.
Sanaki, Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.
Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di dunia
islan/2013/11/02
[2]Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di dunia
islan/2013/11/02
[4] Ali, Syariati kritik islam atas
marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, tth.
[8]Syamsul Hadi,. 2010. Penjajahan Barat
atasDunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Islam.
[9]Salahuddin Gani. 2011. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam. www.salahuddingani.blogspot.com
[13] Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa
Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
[14] Imam
Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke
Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar