Rabu, 07 Oktober 2015

KOLONIALISME BARAT TRHADAP DUNIA ISLAM









BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Permulaan dari kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang salib yaitu perang yang terjadi pada orang Kristen Eropa Barat untuk menguasai tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad ke-11 sampai abad ke-13 Masehi. Salah satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang salib karena umat Kristen yang ikut dalam peperangan salib ini menggunakan tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimenangkan oleh umat Kristen. Ini dikarenakan umat Islam pada saat itu tidak bersatu menjadikan perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam saling bermusuhan.
Padaabad ke-16 dan ke-17 adalah abad yang paling penting untuk Eropa. Pada abad ke-17 itu pula Negara-negara Islam mulai mengalami kemunduran. Masa penetrasi kolonial Barat dimulai pada abad ke-19 (1800). Pada abad tersebut Eropa sedang mendominasi dunia. Pada abad ini didorong oleh kebutuhan ekonomi industri dan pemasarannya dan Negara-negara Eropa mendirrikan kerajaan territorial dunia. Beberapa Negara Eropa yang telah menjajah di tanah timur seperti Rusia menduduki Asia Dalam, Belanda menguasai Indonesia, Inggris mendirikan kerajaan di India dan Afrika dan mengontrol sebagian Timur Tengah, Negeia, sebagian afrika Barat dan Afrika Timur.   
Pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa bangsa Eropa hamper menguasai suluruh dunia Islam. Pada abad ini Eropa telah siap untuk mengadakan ekspansi perdagangan dengan didukung oleh pertmbuhan produksi prabik dalam skala dan perubahan besar ditandai dengan ditemukannya keretaapi, telegraph dan kapal uap. Dengan diiringi dengan pasukan bersenjata yang kuat, Eropa telah menguasai Aljazair. Aljazair adalah Negara Islam  yang pertama kali dikuasai oleh Eropa yang ditaklukkan oleh Perancis pada tahun (1830 – 1847 M). Negara Islam padasaat itu mengalami keterpurukan yang sangat besar dan mereka mengalami keaadaan yang tidak stabil dalam pertumbuhan ekonomi dan budaya.[1]
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat merumuskan masalah sebagai beikut:
1.    Pengertian Kolonialisme?
2.    Bagaimana Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat Terhadap Islam?
3.    Apa Dampak Kolonialisme Barat Terhadap islam?
4.    Bagaimana Implikasi Penjajahan Barat Terhadap Perkembangan Peradaban Islam?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme menurut Oxford English Dictionary berasal dari kata Romawi “Colonia” yang berarti “tanah pertanian” atau “pemukiman”, dan mengacu kepada orang Romawi yang bermukim di negeri-negeri lain tapi masih memepertahankan kewarganegaraan meraka[2] yang berarti suatu usaha untuk untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya alam, manusia, dan perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.[3]
B.  Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat
Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di Indonesia di latar belakangi oleh terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain memang mempunyai teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam.
Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.
Di setiap tempat yang terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi pilar-pilar sistem pemerintahan otoriter. Setiap tempat yang dihuni Islam, akan menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk kezaliman dan kekejaman penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia, serta perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia kontemporer .
Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif. Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India. Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali. Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.
Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.[4]
Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir. Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat ditaklukkan kembali oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.[5]
C.    Dampak Kolonialisme Barat Terhadap Islam
1.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Budaya
Dampak kolonialisme sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam, misalnya adalah negara Turki, Turki adalah negara pertama yang dijajah oleh Eropa karena dilihat dari letak geografisnya sangatlah dekat dengan benua eropa. Dan Turki adalah salah satu negara yang telah terpengaruh oleh kolonialisme barat, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, maupun agama.
Bukan hanya turki yang telah dijjajah oleh Bangsa Barat,akan tetapi negara Islam yang lainnya pun merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki Inggris, 1881-1883 Tunisia diserbu Perancis, 1898 Sudan ditaklukkan Inggris, 1912 Marokko diserbu Perancis dan Spanyol. Dan masih banyak negara-neagra yang dijajah oleh Barat.[6]
Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).[7]
Masyarakat jaman sekarang telah tergiur oleh produk-produk luar negeri yang mungkin memang kuallitas mereka lebih tinggi di bandingkan produk dalam negeri, sadar atau tidak, maraknya produk-produk luar negeri telah menjajah perpasaran negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara yang mayoritas muslim telah lama dicekoki oleh produk-produk luar yang memakai sistem monopoli dalam proses perdagangannya. Para kolonialsme ternyata tidak pernah puas akan kejayaan mereka, keserakahan untuk mendapatkan sesuatu yang merekan inginkan.Gaya berbusana juga sudah tak sepantasnya masyarakat muslim memakai budaya berbusana barat (Para kolonialisme), ala westernisasi sudah tercampur aduk dengan gaya busana orang-orang muslim yang sebenarnya.[8]
2.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Sosial
Ketika sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana untuk memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar kran dekadensi moral. Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang Agama yang mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan hawa nafsu di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk mempraktikkan semua bentuk kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang para penjajah tempuh secara efektif.
Kemajuan peradaban dan temuan-temuan ilmiah baru, seperti radiao, bioskop dan lain-lain telah menjadi pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral umat Islam, banyaknya remaja islam yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para penjajah.
Yang kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran, bersamaan dengan dampak pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian karena memang ilmu pengetahuan pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan barubah menjadi sarana pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman obor bagi keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai keakar-akarnya.[9]
3.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi
Para Kolonialisme barat menggunakan segala cara untuk menghancurkan Islam, begitu pula dalam bidang ekonomi, misalnya negara India.India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun 1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan oleh bangsa Eropa.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah.[10]
Akibat kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu sistem perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem perdagangan yang telah ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam perdagangan.Dengan adanya monopoli perdagangan tersebut membuat kehancuran perekonomian yang sebelumnya sudah ada. Seperti dengan masuknya barang-barang import kenegara jajahannya yang membuat produk-produk local mengalami kerugian. Ini dikarenakan barang-barang import yang masuk kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah. Disamping itu barang-barang yang diproduksi Negara-negara barat bisa diproduksi dengan jumlah banyak karena majunya perindustrian di eropa yang menggunakan mesin dalam memproduksinya.Kebanyakan negara Islam sekarang ini hidup dalam keterbelakangan dan kebingungan, meskipun telah berlalu puluhan tahun lamanya. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan Barat mampu memanfaatkan berbagai kekayaan negara-negara Islam dan memenuhi kantong-kantong mereka dengan harta milik negara-negara Islam tersebut. Negara-negara Islam masih sangat bergantung pada hasil produksi dan ilmu pengetahuan (Sains) Barat. Demikian pula, mereka masih lemah di dunia politik dan mengekor sistem politik Barat.
4.    Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik
Politik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah cara untuk mandapatkan sesuatu. Berpijak pada yang kita ketahui ini, bangsa barat yang ingin menguasai dunia islam tak luput pula dari beragam cara yang mereka gunakan untuk menduduki dan mengeruk habis kekayaan islam baik dari segi SDAnya maupun dari SDMnya.Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu terdapat kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti minyak bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk masa depan. Politik yang mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam) dan meniadakan peran penting ulama dalam kenyataan hidup.
Pada kenyataannya mereka tidak dapat menghilangkan peran ulama secara total dalam masyarakat, tetapi mereka menggunakan cara lain yakni ulama-ulama berada di bawah kekuasaan pemerintah dan ulama hanya memainkan peran formal saja seperti penguburan mayat dan sebagainya yang bersifat formal saja, serta kehidupan pada ulama dijauhkan atau dikucilkan dari keramaian masyarakat. Dengan cara inilah mereka dapat menduduki sebagain negara-negara islam yang ada pada saat ini.Dengan kedua cara ini mereka dapat melumpuhkan islam sampai pada ambang keputusasaan, tidak hanya sampai disini, kolonialisme menawarkan solusi pada islam yang pada hakikatnya merupakan tujuan mereka untuk melumpuhkan islam, berupa ilmu pengetahuan yang kalau dicermati tidak lain untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya.[11]
Politik mereka ini mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang dapat dikelompokkan dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem intelektualSistem sosial, tujuan dari perwujudan dalam hal ini adalah meniadakan kenyataan akan kemanusiaan sebagai suatu esensi utama dan supra-material yang secara tragis dilupakan. Seperti kapitalisme dan komunisme – meski beda dalam bentuk lahirnya – menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal), yang hanya bertumpu pada pemenuhan kebutuhan material saja.Francis Bacon “ilmu meninggalkan pencarian kebenaran dan beralih untuk mencari kekuatan”. Nampak dari apa yang dikatakan Bacon, bahwa agama dan spiritul secara perlahan ditinggalkan dan secara sadar maupun tidak, manusia mengalami pengucilan pada arti esensinya. Tak bedanya sepeti binatang, hanya bertumpu pada materi dan pemuasan hawa nafsu. Inilah politik kolonialisme untuk menghancurkan islam.
Sistem intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada pengetahuan, begitupun bangasa barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan, kolonialisme memunculakan ideoliogi-ideologi kontemporer yang menutupi akan tujuan mereka untuk meniadakan konsep manusia sebagai mahluk utama. Seperti historisisme, biologisme dan sosiologisme.Historisisme menganggap manusia sebagai satu-satunya material determinatif yang mengarah pada determinatid materialisme, yang peranan manusia didalamnya hanya sebagai elemen yang pasif. Biologisme, yang mengutamakan hukum alam, menganggap manusia seperti binatang serta menifestasi spiritual kemanusiaan dan kuslitasnya hasnya sebagai penimbulan dari keadaan fisik manusia, seperti insting binatang. Sosiologisme, menganggap menusia sebagai tumbuhan yang tumbuh dalam taman lingkungan sosialnya. Paham ini beranggapan bahwasanya menusia itu bisa mengalami panen hanya apabila taman itu diubah.Terlihat dari paham-paham kontemporer itu, semuanya bertumpu pada peniadaan konsep mausia dan mengarah hanya pada materi saja.[12]
5.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama
Sejak tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah bersungguh-sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari kehidupan bangsa. Mereka berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama dengan cara menghilangkan identitas mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika memungkinkan.
Negara kolonial sebuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya sehingga peran para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak punya otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak berhubungan dengan kenyataan hidup, seperti mengurusi orang mati dan pekerjaan-pekerjaan lainya yang bersifat formal.
Bahkan para penguasa disebagian negeri Islam telah berhasil meminggirkan para ulama setelah bersusah payah selama bertahun-tahun. Bahkan para ulama itu tak lagi dapat menjalankan peran rutinya, mengajar. Tentunya, di sebagian negeri yang kita ketahui dengan baik, mereka (para kolonial) tak mampu mencabut kedudukan ulama atau menghilangkan secara total pusat-pusat keilmuan para ulama itu. Bahkan mereka tak mampu melemahkan para ulama sampai batas menjadikan adanya ulama itu sama dengan tak adanya.Namun, mereka (kolonial) menggunakan cara lain, yaitu menjadikan para ulama dan pusat-pusat keilmuan berada bahwa kekuasaan penguasa, kearajaan, dan pemerintahan yang batil.Saat berupaya mealapangkan rencananya menguasai politik, ekonomi, sosial, dan kebuudayaan, negara-negara Kolonial justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk dari keyakinan agama. Tentunya, tidak semua agama di setiap tempat berdiri menentang intrik penjajahan; misalnya, Agama yang menyimpang dan agama buatan tangan kekuasaan. Sudah tentu, agama semacam ini tidak akann menentang kolonialsme.
Sebaliknya, Islam sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan benar menentang penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah Islam. Para penjajah tealh memahami itu lewat berbagai penelitian. Meraka mencobanya di India, di negara-negara Arab, dan di Iran. Di setiap tempat, perasaan reliigius bangkit di tengah-tengah umat manusia. Hasilnya, negara-negara kolonial mendapatkan penghalang yang berarti tegak dihadapan mereka, serta genccar menentang rencana jahat mereka, Diantaranya adalah “Revolusi tembako” di Iran, geraakan konstitusi, tragedi berdarah di India dalam menghadapi penjajahan Inggris, dan perlawanan orang-orang Islam Afganistan terhadap penjajahan Inggris di pertengahan Abad ke-19. Juga kebangkitan Sayyid Jaaluddin al-Asad Abadi di mesir yang mengguncang Inggris.
D.  Implikasi Penjajahan Barat Terhadap Perkembangan Peradaban Islam
Serbuan kaum salib ke negeri-negeri Islam tidak hanya menggunakan pedang, besi dan api, tetapi juga melalui peradaban mereka yang dicekokkan ke semua negeri yang dapat dikuasainya. Bukan hanya peradaban material yang menyerbu negara-negara Islam, bahkan mental dan nilai-nilai moralpun tidak ketinggalan, seperti sistem pendidikan dan pengajaran, dan pemikiran-pemikiran orang Eropa mengenai ilmu jiwa, ilmu sosial, modal dan lain-lain. Perang Salib menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum muslimin akibat kemauan penjajah yang dikendalikan oleh keserakahan untuk menguasai dan memperkuat wilayahnya mereka memikul salib di pundak mereka, tetapi setan berada di hati mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan peradaban Persia, Turki dan lain-lain disamping pemikiran filsafat yang diserap dari Yunani dan Romawi. Dengan datangnya peradaban Barat, maka peradaban lama yang telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami keguncangan hebat dalam pikiran mereka. Inti peradaban Barat bercorak Nasrani, karena itu orang-orang Qibth di Mesir lebih mudah meniru dan menyerapnya. Namun mereka lebih banyak menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga setiap rumah dari keluarga kaum muslimin telah menggunakan penerangan listrik, menggunakan sajadah buatan Eropa, mendengarkan siara radio Eropa dan lain sebagainya. Pada saat barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban, persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power. Yang pertama merasakan hal itu diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama menghadapi kekuatan Eropa.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang didorong oleh 2 faktor yaitu :
1.     Pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
2.     Tercermin dari pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam.
Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak menuntut ilmu ke Inggris. Pengaruh Barat terutama terlihat pada lapisan atas dan menengah, terutama pada intelegensia orang yang memperoleh pendidikan Barat, yang dijumpai pada tiap negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat mereka mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada sendi-sendi filsafat hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan ide-ide Barat dan memikirkan sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat. Kedua, memutuskan hubungan dengan warisan lama, menerjunkan dirinya dalam pembaratan. Yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan kengerian Barat. Memang benar bahwa pera.[13]
Tanpa peradaban Barat dunia Islam tentu masih seperti keadaan semula, tetapi itu tidak berarti bahwa peradaban Barat tidak mengandung cacat dan kekurangan. Peradaban Barat telah menjauhkan dunia Islam dari peradaban Islam yang lama. Akhirnya peradaban Islam bukan lagi suatu produk dari kaum muslimin mandiri sebagaimana peradaban Barat adalah produk dari orang-orang Barat sendiri.
Kebangkitan Negara – Negara Islam Periode Modern Ekspansi yang telah dilakukan oleh negara – negara Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka sangat tertinggal jauh dari negara – negara Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Negara – negara Eropa bisa menjajah karena keberhasilan mereka menerapkan sratetegi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mereka miliki. Pada satu sisi kekuatan militer dan politik negara – negara Islam menurun. Perekonomian yang merosot yang merupakan akibat dari monopoli perdagangan antara timur dan barat tidak lagi mereka kendalikan. Di sisi lain negara – negara Eropa pada waktu yang sama menggunakan metode berpikir rasional, dan disana tumbuh kelompok intelektual yang membebaskan diri mereka dari ikatan – ikatan gereja.
Sementara dalam bidang ekonomi dan perdagangan mereka mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan ditemukannya Tanjung Harapan dan Benua Amerika. Usaha yang dilakukan negara – negara Islam melalui gerakan pembaharuan, didorong oleh beberapa faktor yang saling mendukung, yaitu pemurnian ajaran – ajaran Islam dari unsur – unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan belajar gagasan – gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari negara – negara Eropa. Salah seorang tokoh pemikir gerakan kemerdekaan yang bernama Sayyed Jamaluddin Al Afghani yang berasal dari Afganistan, ia memperkenalkan hasil pemikirannya itu yang bernama Pan-Islamisme,yang sebelumnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiah dan Sanisiyah, artinya solidaritas antara seluruh muslim di dunia internasional. Ajaran inilah kemudian banyak digunakan oleh para pemikir pembaharuan di dunia Islam Tetapi gagasan Pan-Islamisme lama kelamaan meredup setelah terjadinya Perang Dunia I, yang mana pada waktu itu Turki bersekutu dengan Jerman dan mengalami kekalahan. Maka setelah itu muncullah gagasan baru yang bernama gagasan nasionalisme.
Gagasan ini pada permulaannya banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak dari pemuka – pemuka islam karena tidak sejalan dengan semangat ukhuwah islamiyah, tetapi setelah itu berkembanglah gagasan nasionalisme itu. Diberbagai negara mislanya, gagasan nasionalisme di Mesir telah tumbuh sejak masa Al Tahtawi (1801 – 1873) dan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi tokoh yang terkenal dalam pergerakan memperjuangklan gagasan ini di Mesir ialah Ahmad Urabi Pasha. Sedangkan di Arab sendiri gagasan nasionalisme Arab segera menyebar dan disambut hangat sehingga nasionalisme terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Di India Pan-Islamisme juga tumbuh melalui pelopornya Sed Amir Ali (1848-1928). Namun gagasan ini segera tergantikan oleh gagasan nasionalisme. Akan tetapi gagasan nasionalisme juga segera pudar, Ini dikarenakan kaum muslimin yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang mayoritas. Maka umat islam di negara India tidak menganut nasionalisme, melainkan islamisme, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komunalisme.
Dan di Indonesia partai politik besar yang menentang penjajahan di Indonesia adalah Sarekat Islam didirikan tahun 1912 oleh HOS Tjokroamionoto. Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H.Samanhuditahun 1911. Tidak lama kemudian partai – partai politik lainnyapun mulai bermunculan, seperti PNI, PNI Baru, Permi. Munculnya gagasan – gagasan untuk pembaharuan Islam yang kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa partai politik merupakan modal pertama yang dimiliki oleh umat Islam untuk mewujudkan negara yang bebas dari pengaruh negara – negara Eropa. Perjuangan nyata partai politik tersebut mereka wujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun bersenjata, dan pendidikan dan propaganda untuk mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu sendiri.
Dan pada pertengahan abad ke-20 terjadi Perang Dunia ke-2, yan melibatkan negara kolonialis. Hampir semua daratan di Eropa dilanda peperangan. Konsekuensinya adalah terpusatnya konsentrasi kekuatan militer di setiap negara. Akibatnya negara – negara Eropa menarik pasukannya yang berada di daerah jajahan mereka masing – masing. Dalam kondisi seperti ini negara – negra Islam yang tidak terlibat memanfaatkannya untuk memperoleh kemerdekaan negerinya masing – masing Dan negara mayoritas berpenduduk muslim pertama kali memproklamasikan kemerdekaan adalah Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang, setelah Jepang ditaklukkan oleh Tentara Sekutu dengan ditandai dibomnya kota Hiroshima dan Nagasakai. Namun setelah itu masyarakat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan dari Belanda dan Tentara Sekutu yang berhasil menguasai Indonesia Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan bangsa Barat adalah Pakistan, tanggal 15 Agustus 1947. yaitu ketika negara Inggris menerahkan kedaulatannya di India dan Pakistan kepada dua Dewan Konstitusi. Yang pada waktu itu presiden pertamanya adalah Ali Jinnah.
Di bagian Timur Tengah, negara Mesir yang telah memperoleh kemerdekaan tahun 1922 dari negara Inggris, tetapi dalam sistem pemerintahan Raja Faruk, masih besar pengaruh Inggris. Barulah pada tanggal 23 Juli 1952 masa pemerintahan Jamal Abd al Nasser merobohkan sistem pemerintahan Raja Faruk Di negara lain Irak yang hampir sama keadaannya dengan negara Mesir yaitu memperoleh kemerdekaan tahun 1932, tetapi rakyat Iraq baru meraskan kemerdekaan yang sesungguhnya pada tahun 1958. Sebelum negara Iraq, negara lain yang mengumandangkan kemerdekaan adalah Syria, Jordania, dan Libanon pada tahun 1946. Di Afrika, negara – negara banyak yang telah membebaskan diri dari penjajahan bangsa barat yaitu Perancis. Diantaranya Lybia tahun 1951, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Dan hampir bersamaan negara Yaman Utara, Yaman Selatan, Emirat Aab memperoleh kemerdekaan. Di Asia Tenggara, negara – negara mayoritas Islam juga mendapat kemerdekaan mereka. Malaysia yang pada waktu itu Singapura juga masih masuk mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, disusul Brunei Darussalam tahun 1984. Satu per satu negara – negara Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajahan negara – negara Eropa. Bahkan ada negara yang minoritas penduduk Islam ingin memperoleh otonomi sendiri dengan kata lain iningi mendirikan negara yang merdeka. Seperti Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbaijan yang belum lama ini memperoleh kemerdekaan mereka. Tetapi negara seperti India, yang minoritas penduduknya di Khasmir dan Filipina yang berada di Moro belum memperoleh kemerdekaan. Meskipun hidup mereka terasa tertekan karena status minoritas yang sering menyulitkan mereka dalam memperoleh kesejahteraan hidup.[14]







BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1.      Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2.      Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
3.      Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.

DATFAR PUSTAKA
Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
Gani, Salahuddin. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam.  www.salahuddingani.blogspot.com  2011.
Hadi, Syamsul. 2010. Penjajahan Barat atas Dunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Islam.
Khamenei Ali, Perang Kebudayaan, Jakarta : Cahaya, 2005
Looba Ania, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang Budaya,2003
Munawwir Ima m, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu
Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. 2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI
Muthahhari, Murtadha, Islam dan tantangan zaman, Jakarta : Sadra Press, 2011
Sitompul Agussalim, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.
Syariati Ali, kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, tth.
Sanaki, Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.
Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di  dunia islan/2013/11/02


[1]Agussalim Sitompul, PerangSalib, Beberapa Aspek Negatifdan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

[2]Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di  dunia islan/2013/11/02
[4] Ali,  Syariati kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, tth.

[5]Ania Looba, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang Budaya,2003
[6] Ali Khamenei, Perang Kebudayaan, Jakarta : Cahaya, 2005

[7]Sanaki Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.
[8]Syamsul Hadi,. 2010. Penjajahan Barat atasDunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Islam.

[9]Salahuddin Gani. 2011. Penetrasi Barat terhadap Dunia Islam. www.salahuddingani.blogspot.com 

[10]Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. 2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

[11] Murtadha Muthahhari, , Islam dan tantangan zaman, Jakarta : Sadra Press, 2011

[12] Siti Maryam,. SejarahPeradaban Islam: Dari MasaKlasikHingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI

[13] Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

[14] Imam Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke Masa, Surabaya, PT. Bina Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar