PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Penjelasan mengenai makna kehidupan
dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang
hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang
seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang
berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak
aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat idealisme, materialisme,
eksistensialisme, monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham
yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang
memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk
saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan
oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan
yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat
sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua
yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang
berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem
filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan
oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama
faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah
sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila
cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka
bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini
sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa
ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme,
materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme, dan pluralisme.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami
rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian dari idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme,
dan pluralisme ?
2. Siapa
saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran-aliran filsafat ?
3. Apa
saja pembagian jenis-jenis dari masing-masing aliran filsafat tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
IDEALISME
Di dalam filsafat, idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini
diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme
dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai
dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa
pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi,
estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan
lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E.
Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat
digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self)
dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi
Alam, bagi orang idealis, mempunyai
arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh
karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni
yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan
“yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia
bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem
yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk
mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang
terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam.
Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal,
jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan
struktur alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh
idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta.
Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu
gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan
materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika
seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti
apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah
materi itu.
Paham ini beranggapan bahwa jiwa
adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak
terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang
sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang
digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya
peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan
budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia.
1. Jenis-Jenis Idealisme
a. Idealisme
Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat
yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri.
Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul
dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide
manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah
sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari
aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753
M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita
itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.
b. Idealisme
Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme
yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini
dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.
Menurut
idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil
dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya
mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia,
sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk
manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
c. Idealisme
Personal (personalisme)
Idealisme personal yaitu nilai-nilai
perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
2. Tokoh-Tokoh Idealisme
a. J.G.
Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof
Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Filsafat menurut
Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk memenuhi
tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang
dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi
pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman
adalah tindakan, bukan fakta.
b. G.W.F
Hegel (1798-1857 M)
Hegel lahir di Stuttgart, Jerman
pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang pegawai rendah bernama
George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena.
Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel muda ini
tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia
memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang
tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von
Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga pernah menjadi
redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan kemudian
pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).
B.
MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau
hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah
materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya
adalah metafisika materialisme.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran (roh, kesadaran, dan jiwa) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran (roh, kesadaran, dan jiwa) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali
tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak ada entitas-entitas
nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan bersebab
materi atau natura dan dunia fisik.
1. Tokoh
pemikir materialisme, antara lain :
a. Karl
Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada
tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan pengacara yang cukup berada,
dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun. Setelah dewasa Marx
melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia memperoleh
gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus.
Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach.
Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung
yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap revolusioner. Setelah ia menikah
dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah ia bertemu
dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung
dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka
mencetuskan Manifesto Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa
setiap zaman, system produksi merupakan hal yang fundamental. Yang menjadi
persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan, melainkan suatu
system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan kelas yang
tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas
borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak
berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis.
b. Thomas
Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme
menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya hanyalah pancaran dari materi.
Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya ruang mutlak lepas
dari barang-barang material.
c. Hornby
(1974)
Menurut Hornby materialisme adalah
theory, belief, that only material thing exist (teori atau kepercayaan bahwa
yang ada hanyalah benda-benda material saja).
Sebagian ahli lain mengatakan bahwa
materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada hanyalah materi dalam gerak.
Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi adanya pikiran
disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa materi
dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan,
kesadaran, niat, tujuan, makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi,
materialisme tidak mengakui adanya entitas nonmaterial, seperti roh, hantu,
malaikat. Materialisme juga tidak mempercayai adanya Tuhan atau alam
supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini menganggap bahwa satu-satunya
realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang tercipta pada dasarnya
berkausa material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan pada being
of phenomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya
bersifat abadi.
d. Van
Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan bahwa
materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini terdiri atas suatu
aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi. Bahkan,
terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom tertinggi.
Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi
kegiatan dari otakyang bersifat sangat organik-materialistis.
2. Macam-Macam Materialisme :
a. Materialisme
rasionalistik. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas
dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah);
b. Materialisme
mitis atau biologis. Materialisme mitis atau biologis ini menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri
itu tidak berkaitan dengan prinsip immaterial.
c. Materialisme
parsial
Materialisme parsial ini menyatakan bahwa pada sesuatu yang material tidak
tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal;
d. Materialisme
antropologis.
Materialisme antropologis ini menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada karena yang
dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau perubahan-perubahan
fisik-kimiawi materi;
e. Materialisme
dialektik.
Materialisme dialektik ini menyatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari
materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian dapat dijabarkan
kepada materi atau salah satu proses material. Salah satu prinsif di
materialisme dialektik adalah bahwa perubahan dalam kuantitas. Oleh karena itu,
perubahan dalam materi dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan, atau dengan
kata lain kehidupan berasal dari materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk
manusia berasal dari materi yang mati, dengan proses perkembangan yang
terus-menerus ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu kalau
manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut dengan ke
hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai asas-asas, yaitu :
a) Asas
gerak;
b) Asas
saling berhubungan;
c) Asas
perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif;
d) Asas
kontradiksi intern.
- Materialisme
historis.
Materialisme histories ini menyatakan bahwa hakikat sejarah terjadi karena
proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme histories
secar bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang menyangkut
sejarah rohani dan perkembangan manusia hanya merupakan dampak dan
refleksi-refleksi aktivitas ekonomis manusia. Materialisme historis ini
berdasarkan dialektik, maka semua asas materialisme dialektik berlaku
sepenuhnya dalam materialisme histories.
- Materialisme
sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat ruhaniah, sedangkan materialisme metode
mencoba membuat abstraksi hal-hal yang bersifat imaterial.
C.
EKSISTENSIALISME
Definisi eksistensialisme tidak
mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis sendiri tidak sepakat mengenai
rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun demikian, ada sesuatu
yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat eksistensialisme
sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral Namun tidak ada
salahnya, untuk memberikan sedikit gambaran tentang eksistensialisme ini,
berikut akan dipaparkan pengertiannya.
Kata dasar eksistensi (existency)
adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang berarti keluar dan sistere
yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri
sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang
dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam
bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
Dari uraian di atas dapat diambil
pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan
kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia
selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian,
manusia selalu dalam keadaan membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
Untuk lebih memberikan kejelasan
tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan filsafat
eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar seperti
arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema
sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia
berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama.
Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia
menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan
mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu
di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa
manusia sebagai subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang sadar.
Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.
1. Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme adalah
salah satu aliran filsafat yang mengguncangkan dunia walaupun filsafat ini
tidak luar biasa dan akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai
kritik.
Filsafat selalu lahir dari suatu
krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau
kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan
demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain.
Begitu juga filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan
reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi
dunia, yaitu:
a. Materialisme
Menurut pandangan materialisme,
manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang
orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda, akan tetapi
mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya,
pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata
lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul
ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
b. Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya
sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran; menempatkan aspek berpikir dan
kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan
dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
c. Situasi
dan Kondisi Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong
juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa Barat yang secara umum dapat
dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak menentu. Tingkah laku
manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh
rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang
disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura, kebencian merajalela,
nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami
krisis. Sementara itu agama di sana dan di tempat lain dianggap tidak mampu
memberikan makna pada kehidupan.
2. Tokoh-tokoh Eksistensialisme dan Ajarannya
Tokoh-tokoh eksistensialisme ini
cukup banyak, di antaranya: Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Karl Jaspers,
Martin Heidegger, Gabriel Marcel, dan Sartre. Namun dalam makalah ini penulis
membatasi pada dua tokoh ini yang dipandang mewakili tokoh-tokoh lainnya, yaitu
Soren Aabye Kierkegaard dan Jean Paul Sartre.
a. Soren
Aabye Kierkegaard
Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855)
lahir di Kopenhagen, Denmark. Ia lahir ketika ayahnya berumur 56 tahun dan
ibunya 44 tahun. Ia mulai belajar teologi di Universitas Kopenhagen. Ia
menentang keras pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas tersebut. Dalam
kurun waktu ini ia apatis terhadap agama, ingin hidup bebas dari lingkungan
aturan agama. Setelah mengalami masa krisis religius, ia kembali menekuni ilmu
pengetahuan dan menjadi Pastor Lutheran.
Pada
tahun 1841 ia mempublikasikan buku pertamanya (disertasi MA) Om Begrebet Ironi
(The Concept of Irony). Karya ini sangat orisinal dan memperlihatkan
kecemerlangan pemikirannya. Ia mengecam keras asumsi-asumsi pemikiran Hegel
yang bersifat umum. Karya agungnya terjelma dalam Afsluttende Uvidenskabelig
Efterskriff (Consluding Unscientific Postcript) tahun 1846, mengungkapkan
ajaran-ajarannya yang bermuara pada kebenaran subyek. Karya-karya lainnya
adalah Enten Eller (1843) dan Philosophiske Smuler (1844). Sedangkan buku-buku
yang bernada kristiani adalah Kjerlighedens Gjerninger (Work of Love) 1847,
Christelige Taler (Christian Discourses) 1948, dan Sygdomen Til Doden (The
Sickness into Death) tahun 1948
D.
MONISME
Monisme
(monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal)
secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok
dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini
bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll. Bagi kaum materialis unsur itu
adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide. Orang yang
mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff
(1679-1754). Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka
hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai
subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein,
energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau dengan kata lain bahwa aliran
monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Adapun para filsuf yang menjadi
tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), yang menyatakan bahwa
kenyataan yang terdalam adalah satu subtansi yaitu air. Pendapat ini yang
disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) , yang mengatakan bahwa semuanya itu
air. Air yang cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar (principle)
segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air
pula. Bahkan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia di dunia, sebagaian besar
terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai. Bahkan
dalam diri manusiapun, menurut dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar
berasal dari air. Tidak heran jika Thales, berkonklusi bahwa segala sesuatu
adalah air, karena memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan jika tidak ada
air maka tidak ada kehidupan.
Sementara itu Anaximandros (610-547
SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung
dan tak terbatas yang disebutnya sebagai apeiron yaitu suatu zat yang
tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan dan tidak ada
persamaannya dengan suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros,
menyatakan bahwa dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut
bukanlah dari jenis benda alam seperti air. Karena menurutnya segala yang
tampak (benda) terasa dibatasi oleh lawannya seperti panas dibatasi oleh yang
dingin. Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam disebutnya
sebagai Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa pendapat Anaximandros yang mengatakan
bahwa terbentuknya alam dari jenis yang tak terbatas dan tak terhitung,
dibentuk oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini pula yang dikatakan Ahmad Syadali
dan Mudzakir (1997) bahwa yang dimaksud aperion adalah Tuhan.
Anaximenes (585-494 SM), menyatakan
bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang ada dan tampak (yang dapat
diindera). Barang yang asal itu yaitu udara. Udara itu adalah yang satu dan
tidak terhingga. Karena udara menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada
udara maka tidak ada yang hidup. Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi
oleh gurunya Anaximandros, yang pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan
udara. Sebagai kesimpulan ajaranya dikatakan bahwa sebagaimana jiwa kita yang
tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara mengikat dunia ini
menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini adalah B.
Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam
hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata).
E.
DUALISME
Dualisme (dualism) berasal
dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran yang menyatakan
realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang.
Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya
substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan
materi, jiwa dengan badan dll. Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah
ajaran yang menggabungkan antara idealisme dan materialisme, dengan mengatakan
bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu hakikat
materi dan ruhani.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme
adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala sesuatu yang ada, bersumber dari
dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri. Orang yang pertama
kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang
mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara
subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan
pikiran. Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang
mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah
dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai
bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka
dunia ini berubah-ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang
tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang
yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia
idea).
Lebih lanjut Plato mengakui adanya
dua substansi yang masing-masing mandiri dan tidak saling bergantung yakni
dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti, dunia tipe kedua
adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang dunia tipe
pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna. Apa yang
dikatakan Plato dapat dimengerti seperti yang dibahasakan oleh Surajiyo (2005),
bahwa dia membedakan antara dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia ide
(dunia yang terbuka bagi rasio manusia). Rene Descartes (1596-1650 M) seorang
filsuf Prancis, mengatakan bahwa pembeda antara dua substansi yaitu substansi
pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan badan merupakan dua sebstansi
terpisah meskipun didalam diri manusia mereka berhubungan sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa dia
membedakan antara substansi pikiran dan substansi keluasan (badan). Maka
menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran. Sebab dengan berpikirlah maka
sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada).
Leibniz (1646-1716) yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia
yang mungkin. Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia gejala
(fenomena) dan dunia hakiki (noumena).
F.
PLURALISME
Pluralisme (Pluralism)
berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa realitas
tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi
yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta
pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang
koheren, rasional, fundamental.
Didalamnya hanya terdapat pelbagi
jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir. Pandangan demikian
mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno
yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu
substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya
manusia tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari
api, tanah dan udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.
Para filsuf yang termasuk dalam
aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat
kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras
(500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang
tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh
suatu tenaga yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang
memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. idealisme adalah doktrin yang mengajarkan
bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada
jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”,
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
2. Ada
beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan
idealisme personal.
3. Idealisme
subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri. Sedangkan idealisme objektif adalah idealisme yang
bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
4. Idealisme
personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.
Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme
monistik.
5. Tokoh-tokoh
idealisme diantaranya: Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Josep
Schelling, dan George Wilhelm Friedrich Hegel.
6. Proses
dialektika menurut Hegel terdiri dari tiga fase, yaitu: Fase pertama (tesis)
dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).
7. materialisme adalah keyakinan bahwa didunia ini
tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pernyataanya, bahwa roh
keasadran dan jiwa hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materialisme : pikiran atau roh
hanyalah materi yang sedang bergerak
8. Eksistensialisme
adalah
paham filsafat yang memandang bahwa segala gejala berpangkal pada eksistensi.
Meski bermacam-macam pandangan dan metode dan sikap dalam gerakan
eksistensialisme, para filsuf dari kelompok ini senantiasa memperhatikan
kedudukan manusia. Titik sentral pembicaraan mereka adalah soal keterasingan
manusia dengan dirinya dan dengan dunia.
Gerakan eksistensialisme ini muncul sebagai protes atau reaksi dari aliran filsafat terdahulu, yaitu materialisme dan idealisme serta situasi dan kondisi dunia pada umumnya yang tidak menentu. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Kierkegaard dan Sartre merupakan tokoh yang mewakili aliran eksistensialime ini. Dari latar belakang yang berbeda yang satu agamawan dan lainnya atheis, mereka mengusung konsep tentang keberdaan manusia sebagai subyek di dunia ini.
Gerakan eksistensialisme ini muncul sebagai protes atau reaksi dari aliran filsafat terdahulu, yaitu materialisme dan idealisme serta situasi dan kondisi dunia pada umumnya yang tidak menentu. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Kierkegaard dan Sartre merupakan tokoh yang mewakili aliran eksistensialime ini. Dari latar belakang yang berbeda yang satu agamawan dan lainnya atheis, mereka mengusung konsep tentang keberdaan manusia sebagai subyek di dunia ini.
9. Monisme,
Dualisme dan Pluralisme, yang pada intinya masing-masing aliran memiliki argumen
yang rasional. Dari apa yang telah diuraikan, pendapat atau pemikiran
masing-masing filsuf dalam setiap aliran sangat dipengaruhi corak kehidupan
atau latar belakang hidupnya. Sebagai contoh Thales, karena dia seorang
saudagar yang banyak berlayar kenegeri Mesir, maka pemikiran yang diungkapkanya
yaitu bahwa semuanya adalah air. Karena hidup Thales kesehariannya tidak pernah
luput dari air atau dengan kata lain pengamatannya selalu dipenuhi dengan
nuansa air. Mungkin alasan ini (corak pemikiran yang dipengaruhi latar belakang
kehidupan) tidak bisa digeneralisasikan terhadap munculnya pemikiran-pemikiran
para filosuf yang lain. Dari ketiga aliran yang telah disebutkan seolah
terdapat pertentangan yang begitu tajam tentang ”keadaanya”, tetapi ketika
direnungkan dan dipahami lebih dalam bahwasanya ketiga aliran tersebut
sejatinya bersifat komplementer, yang tidak mungkin meniadakan yang satu atas
yang lainnya. Mungkin seperti itu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, Filsafat
Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama, 2002.
Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran
Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA (Pengembangan Ilmu Agama dan
Humaniora).
Beerling,
R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin, Djakarta:Balai Pustaka.
Dagun,
Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme, Jakarta:Rineka Cipta.
Ahmad
Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997.